Pemimpin dambaan masyarakat (refleksi pilkada 2011)
Islam telah menetapkan tanggung jawab pemimpin dalam banyak nash yang ada. Seorang pemimpin berkewajiban memelihara kemaslahatan rakyat dan akan diminta pertanggungjawaban. Rasulullah SAW pernah bersabda :
”Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka”(HR. Abu Nu’aim). Hal ini sangat dipahami dan diresapi oleh para pemimpin kaum muslimin. Rasulullah sebagai teladan kita, ketika akhir hayat beliau, kata-kata yang beliau ucapkan adalah:”Ummati-ummatiÖ”(Umatku-umatku).
”Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka”(HR. Abu Nu’aim). Hal ini sangat dipahami dan diresapi oleh para pemimpin kaum muslimin. Rasulullah sebagai teladan kita, ketika akhir hayat beliau, kata-kata yang beliau ucapkan adalah:”Ummati-ummatiÖ”(Umatku-umatku).
Keberadaan seorang pemimpin bagi kita selaku muslim merupakan suatu keharusan. Sama pentingnya dengan air dalam kehidupan kita. Sebab seperti kata Rasul, dengan adanya pemimpin, kaum muslimin akan terlindungi dan kebutuhan hidupnya terpenuhi dengan layak.
Jadi, sebagai kaum muslimin kita harus memiliki pemimpin yang kita damba-dambakan, berikut adalah kriteria pemimpin yang kita dambakan kehadirannya dalam masyarakat pada PILKADA nantinya, yaitu :
3.
Sobat muda muslim, kita semua pasti sudah ngerti kalo Allah bakal menyidang kita di yaumul hisab kelak. Setiap sisi perbuatan kita di dunia akan dimintai pertanggung jawaban. Dari kita bangun tidur sampai tidur lagi, nggak ada yang luput dari pengawasan Allah. Begitu juga dalam pilkada nanti. Siapa pilihan kita, alasan memilih, hingga harapan di balik sumbangan suara kita, Allah pasti tahu dan akan meminta pertanggungan jawab dari kita.
Karena itu kita juga wajib sadar kalau dalam pemilu itu tidak cuma bolongin kertas suara. Tapi ada tanggung jawab yang kita pikul di hadapan Allah terhadap pilihan kita. Di sinilah pentingnya kita mengenal lebih dekat calon pemimpin kita itu. Agar kita bisa mengetahui kesesuaiannya dengan karakter pemimpin ideal yang diatur oleh Islam. Kalau sesuai, jangan sungkan bin ragu untuk memberikan suara kita. Tapi kalau belum alias mereka sendiri masih betah dengan sistem sekuler yang selama ini mengatur dan menyengsarakan hidup kita, nggak usah dipilih. Malah seharusnya mereka berani rela untuk bilang ke kita-kita “aku bukan pilihan” (Iwan Fals banget nih). Tapi, mana mungkin mereka mau jujur.
Terus bagaimana kalau karakter pemimpin ideal itu belum kita temukan dalam pilkada nanti? Hmm…yang pasti jangan tanyakan hal ini pada rumput yang bergoyang. Karena doi belom pernah ikut pemilu. Tapi tanyakan pada diri sendiri. Jika kita menginginkan air susu yang bikin tubuh kita sehat tapi ternyata dikasih 2 pilihan yang isinya racun semua. Satu racun serangga, satunya lagi racun tikus, apa yang akan kita lakukan?
Kita yang masih berakal sehat pasti setuju kalau sikap untuk tidak memilih salah satu racun itu masuk dalam pilihan yang pertama dan utama. Awas lho kalo gak setuju! (lagian golput bukan kriminal kok, hehehe). Oke, deh, sekarang kamu udah cerdas dan insya Allah atas nama ideologi alasan golputnya. Sebab, Islam tak bisa disatukan dengan kekufuran, dan tentunya nggak bisa diperjuangkan lewat jalan kekufuran juga. Islam ya Islam. Jadi, yuk kita kampanyekan Islam untuk diterapkan sebagai ideologi negara. Kobarkan revolusi!
Sekian dan terima kasih